Kepintaran Intelektual (IQ), Kepintaran Jiwa (SQ), Kepintaran Emosional (EQ)
Kesuksesan tak hanya membutuhkan IQ, tetapi juga EQ dan SQ yang baik.
IQ adalah ukuran kecerdasan intelektual, EQ adalah ukuran kecerdasan secara emosional seseorang, sedangkan SQ adalah ukuran kecerdasan dari segi “spiritual”. Ketiganya memiliki aspek atau kategorinya masing-masing. Kita bisa mengembangkan aspek-aspek tersebut untuk meningkatkan tiga jenis kecerdasan kita.
Selain IQ, EQ, dan SQ, sebenarnya masih ada macam-macam kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, seperti Cultural Quotient (CQ), Adversity Quotient (AQ), Resilience Quotient (RQ), Social Quotient (SQ), dan Physical Quotient (PQ). Eitts, jangan keburu pusing! Kali ini kita bakal bahas tiga saja macam kecerdasan, yaitu IQ, EQ, dan SQ.
Nah, terdapat IQ, EQ, dan SQ, manakah yang penting? Kalau buat Albert Einstein atau Stephen Hawking, sepertinya IQ lebih penting. Bagaimana kalau buat kamu, Sobat? Sebelum menjawabnya, yuk baca dulu ulasan mengenai IQ, EQ, dan SQ di bawah ini.
Selain IQ, EQ, dan SQ, sebenarnya masih ada macam-macam kecerdasan yang dimiliki oleh manusia, seperti Cultural Quotient (CQ), Adversity Quotient (AQ), Resilience Quotient (RQ), Social Quotient (SQ), dan Physical Quotient (PQ). Eitts, jangan keburu pusing! Kali ini kita bakal bahas tiga saja macam kecerdasan, yaitu IQ, EQ, dan SQ.
Nah, terdapat IQ, EQ, dan SQ, manakah yang penting? Kalau buat Albert Einstein atau Stephen Hawking, sepertinya IQ lebih penting. Bagaimana kalau buat kamu, Sobat? Sebelum menjawabnya, yuk baca dulu ulasan mengenai IQ, EQ, dan SQ di bawah ini.
IQ
Kepanjangan IQ adalah Intelligence Quotient. IQ digunakan untuk mengukur seberapa cerdas seseorang berdasarkan hasil tes. Pada dasarnya, tes IQ mengukur kemampuan kognitif atau kemampuan berpikir intelektual kita, seperti kemampuan berpikir logis, memecahkan masalah, dan memahami informasi.
Seseorang dikatakan memiliki kecerdasan intelektual yang tinggi bila skor IQ-nya juga tinggi. Semakin tinggi skor IQ, semakin tinggi kemampuan seseorang untuk berpikir secara intelektual dan menggunakan nalar untuk bertindak logis. Kecerdasan intelektual menentukan seberapa efektif seseorang mencerna setiap kejadian di lingkungan disekitarnya. Kecerdasan intelektual juga menentukan kemampuan belajar, menggunakan bahasa, memahami gagasan, berpikir abstrak, hingga menyelesaikan masalah.
EQ
Kepanjangan EQ adalah Emotional Quotient. EQ merupakan kemampuan untuk memahami, mengelola, dan menggunakan emosi dengan baik. Seseorang dengan EQ tinggi cenderung dapat mengenali emosi dalam dirinya dan orang lain dengan baik, serta mengendalikan emosi tersebut dengan bijaksana dalam berbagai situasi.
Kecerdasan emosional membantu seseorang untuk berkomunikasi dengan baik, membangun hubungan yang sehat, bahkan menyelesaikan konflik dengan efektif. Secara umum kecerdasan emosional dapat meningkatkan kualitas kehidupan dan membuat hubungan dengan orang lain menjadi lebih harmonis.
Kalau begitu, apa perbedaan IQ dan EQ? IQ fokus pada kemampuan kognitif akademis dan cenderung stabil. Kemampuan seseorang untuk memahami informasi, menyelesaikan masalah, dan berpikir logis cenderung tidak berubah drastis sepanjang hidupnya. Sementara itu, EQ fokus pada aspek emosional sosial dan dapat ditingkatkan. Kemampuan seseorang untuk berempati, berkomunikasi, mengelola stres, dan mengatasi konflik dapat dilatih dan ditingkatkan menjadi lebih baik seiring waktu.
SQ
Kepanjangan SQ adalah Spiritual Quotient. SQ mengacu pada kemampuan untuk memahami dan menghubungkan diri dengan makna hidup, value, dan aspek spiritual dalam kehidupan. Kecerdasan spiritual tidak hanya terkait dengan praktik agama tertentu, tetapi juga melibatkan eksplorasi makna dan tujuan hidup secara pribadi.
Ciri-ciri orang yang memiliki SQ tinggi biasanya memiliki tingkat kesadaran diri yang baik, rasa keterhubungan dengan sesama manusia dan alam, serta pandangan tentang tujuan hidup yang lebih luas. Kecerdasan spiritual secara umum terkait dengan refleksi yang mendalam, meditasi, praktik kontemplatif, maupun prinsip-prinsip etika dan moral.
Antara IQ, EQ, dan SQ
Perbedaan IQ dan EQ sudah diuraikan di atas. IQ memang dapat memberikan gambaran tentang kecerdasan intelektual, tetapi tidak mencakup seluruh potensi dan menentukan keberhasilan dalam hidup. Bahkan, lantaran aspek sosialnya, kecerdasan emosional punya andil yang cukup besar dalam kesuksesan dan kesejahteraan kita.
Sementara itu, SQ sendiri merupakan aspek yang berbeda dan terpisah dari IQ dan EQ. Dengan kecerdasan spiritual, kita dapat menjalani kehidupan yang lebih bermakna, menemukan ketenangan batin, dan menghadapi tantangan hidup. Konsep kecerdasan spiritual memang lebih abstrak dan subjektif. Bahkan bagi sebagian orang, kecerdasan spiritual merupakan elemen penting dalam pencarian makna dan kesejahteraan hidup yang menyeluruh.
Dulu, orang menganggap kepintaran intelektual (IQ) adalah segalanya. Dapat menjamin kehidupan manusia menjadi lebih maju, makmur, dan tenteram. Namun, kenyataannya, kepintaran ini tidak cukup untuk membuat seseorang sukses menjalankan fungsinya sebagai makhluk sosial.
Fakta di atas diperkuat oleh Daniel Goleman, dalam bukunya Emotional Intelligence (1995). Goleman mengatakan bahwa IQ tinggi tidak dapat digunakan secara efektif tanpa adanya kepintaran emosional (EQ). Yaitu, kepintaran yang memberi kesadaran mengenai perasaan diri sendiri dan perasaan orang lain.
Kepintaran ini memunculkan empati, cinta, motivasi, dan kemampuan untuk menanggapi kesedihan atau kegembiraan secara tepat. Menurut Goleman, EQ merupakan persyaratan dasar agar seseorang dapat menggunakan IQ secara efektif
Benarkah demikian? Finalkah hipotesis Goleman itu? Ternyata tidak. Muncul lagi pendapat lain. Kali ini dari sepasang suami-istri bergelar doktor psikologi dan teologi dari Harvard dan Oxford University, Ian Marshall dan Danah Zohar. Di tahun 2000 mereka menerbitkan buku Spiritual Intelligence: The Ultimate Intelligence.
Keduanya berpandangan, IQ dan EQ saja masih kurang. IQ dan EQ-secara tunggal maupun ganda-temyata tak cukup dapat menjelaskan kompleksitas kepintaran manusia, juga kekayaan jiwa serta imajinasinya.
Keduanya mengatakan diluar dua kepintaran itu, ada kepintaran lain yang tidak ‘linier’ (IQ), atau ‘menyesuaikan diri dengan orang lain’ (EQ)", serta berdiri menentang arus. Ini adalah kepintaran yang mencari jalan untuk menemukan arti dan nilai-nilai dalam kehidupan.
Caranya dengan mencari dan menciptakan visi serta tujuan hidup, dengan melakukan perubahan-perubahan kreatif. Mereka menjuluki "Q" ketiga ini sebagai SQ (Spiritual Intelligence) atau kepintaran spiritual.
SQ = Kepintaran Jiwa
Marshall dan Zohar mendefinisikan kepintaran spiritual sebagai "kepintaran yang bertumpu pada bagian dalam diri seseorang, yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar." Inilah kepintaran yang dapat digunakan anak bukan hanya untuk meresapi nilai-nilai yang ada, tapi juga untuk secara kreatif menemukan nilai-nilai baru.
Kepintaran spiritual adalah kemampuan anak dapat menempatkan tindakan dan hidup dalam konteks yang lebih luas, dan lebih dinamis. Kelak, kepintaran ini, dapat membuat anak Anda dapat menilai bahwa suatu tindakan atau jalan hidup tertentu lebih berarti dibanding yang lain.
Seperti kata Cynthia R. Davis, yang menyatakan kepintaran spiritual adalah tingkatan tertinggi dari semua kepintaran. Kepintaran ini dapat digunakan untuk memvisikan berbagai kemungkinan yang belum terwujud dan mentransformasikan cara hidup yang metodis. Anak dengan kepintaran ini konon menjadikan kesadaran jiwa sebagai dasar keberadaan atau kekuatan kreatif. Pendeknya, kepintaran spiritual merupakan kepintaran jiwa.
Metafisik, Dasar Pintar Spiritual
Di dalam bukunya The Power of Spiritual Intelligence, Toni Buzan-penulis mengenai otak dan pembelajaran-menyebutkan bahwa untuk mengembangkan kepintaran spiritual, kita terlebih dulu harus menggali sifat dasar spiritualitas. Yakni segala sesuatu yang ‘bukan fisik’, melainkan emosi dan karakter.
Spiritualitas juga mengarahkan manusia pada pencarian hakikat kemanusiaannya, mencari sesuatu di luar sana yang tidak diketahui (something out there that are unknown). Termasuk di sini adalah energi, semangat, keberanian dan tekad. Jadi, menumbuhkan kepintaran ini sama artinya mengembangkan kualitas di atas.
Spiritualitas, kata Buzan, ada dalam hati dan pikiran setiap manusia di manapun mereka berada. Baik hati dan pikiran yang berbasis agama maupun tidak. Karena ia adalah ‘area kesadaran tertinggi,’ maka semua orang punya spiritualitas.
Namun, seperti halnya emosi, spiritualitas mempunyai derajat bervariasi, baik kedalaman maupun perwujudannya. Spiritualitas dapat hadir dalam berbagai dimensi; disadari atau tidak disadari, dikembangkan atau tidak dikembangkan, sehat atau sakit. canggih atau sederhana, bermanfaat atau justru berbahaya.
Seringkah orang mendefinisikan spiritualitas dalam konteks ketuhanan, individu / tokoh panutan, atau alam. Padahal pintar spiritual tidak selalu terkait dengan hal tersebut. Bisa saja orang yang tak beragama tapi memiliki kepintaran spiritual tinggi. Sedangkan yang lebih religius justru sebaliknya. Inilah yang kadang memberi tantangan tersendiri dalam mengembangkan kepintaran spiritual.
Jadi, bagaimana gambaran orang yang pintar secara spiritual? Anak yang santun, pandai menghargai orang lain, mampu berterimakasih, rendah hati, welas asih, cinta sesama, dan dapat mengontrol keadaan sesuai nilai-nilai yang dipercayainya menunjukkan tingginya spiritualitas seseorang. Inginkah buah hati Anda demikian?
IQ, EQ, dan SQ
Ada sebuah contoh sederhana mengenai kaitan IQ, EQ, dan SQ, dan alasan kenapa manusia perlu SQ. Komputer, misalnya, memiliki IQ tinggi karena mengetahui aturan dan melakukan sesuatu tanpa salah.
Sementara, banyak hewan yang punya EQ tinggi karena mereka mampu mengenali situasi yang ditempatinya dan tahu cara menanggapi situasi tersebut dengan tepat. Namun baik komputer maupun hewan tidak pernah bertanya ‘mengapa’ mereka dapat seperti itu. Komputer dan hewan hanya bekerja ‘di dalam batasan’ yang sudah dibuat.
Pada manusia :
Pintar Spiritual memungkinkan manusia ‘bermain dengan batasan’ untuk memainkan ‘permainan tanpa batas’.
Pintar Spiritual memberi manusia moral, kemampuan menyesuaikan aturan yang kaku diikuti pemahaman dan cinta. Kemampuan untuk melihat kapan cinta dan pemahaman itu tiba pada batasannya.
Pintar Spiritual, memiliki daya ubah ‘saya yang mengarahkan situasi.` Berbeda dengan pintar emosional yang berpandangan; ‘situasi mengarahkan saya.`
Pintar Spiritual, dapat membuat orang mengajukan pertanyaan-pertanyaan; "Siapakah saya ?",
"Mengapa saya di sini?",
"Apa yang paling berarti dalam hidup ini buat saya ?"
Pintar Spiritual juga dapat bisa membantu seseorang menemukan hikmah tersembunyi dari cinta, kegembiraan, stres, dan pasang surut kehidupan sehari-hari.
Pintar spiritual menciptakan kesadaran terhadap Tuhan, kepada sesama, kepada alam, dan kehidupan. Kepintaran spiritual membuka hati, menyinari pikiran, dan menginspirasikan jiwa, menghubungkan psikologi manusia kepada yang mendasari kehidupan.
Kepintaran spiritual adalah kepmtaran yang bertumpu pada bagian dalam diri seseorang, yang berhubungan dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar.
Kanti Suci Project